puisi: ^^Bu, Aku gagal

  ^^Bu, Aku ɢᴀɢᴀʟ^^

--------------------------------------------------------------------


---


Bu, aku pulang dengan kepala tertunduk,  

Langkahku berat, seperti diikat kenangan yang patah.  

Di tanganku tak ada piala,  

Di dadaku tak ada kebanggaan,  

Hanya seonggok luka yang tak berani kuceritakan.  


Bu, aku gagal.  

Kudengar orang-orang berbisik,  

*"Anak itu bukan siapa-siapa."*  

Mereka tertawa di belakang punggungku,  

Dan aku diam, membiarkan suaraku tenggelam dalam malu.  


Dulu aku datang kepadamu dengan cerita kemenangan,  

dengan bintang-bintang kecil di genggaman,  

dan kau tersenyum bangga sambil berkata,  

*"Anakku hebat, anakku kuat."*  

Tapi kini aku pulang dengan tangan kosong,  

dengan mata yang berat oleh air mata yang kutahan.  


Bu, aku mengecewakanmu, bukan?  

Aku yang kau doakan setiap malam,  

yang kau bangunkan pagi-pagi dengan kasih sayang,  

yang kau bekali dengan doa sebelum berangkat pergi.  

Tapi lihatlah aku sekarang,  

duduk di sudut rumah, tanpa keberanian untuk berkata apa-apa.  


Aku ingin bercerita, Bu,  

tentang mimpi-mimpi yang hancur di tengah jalan,  

tentang harapan yang kutanam tapi tak pernah tumbuh,  

tentang usaha yang kubangun tapi roboh sebelum jadi.  


Aku ingin bilang,  

hidup ini tak semudah yang kupikirkan dulu,  

tak seperti dongeng yang sering kau bacakan saat aku kecil.  

Kadang aku berlari sekencang yang aku bisa,  

tapi dunia lebih cepat dariku.  


Aku ingat dulu kau selalu berkata,  

*"Jangan takut jatuh, Nak. Langit tak akan runtuh karena air matamu."*  

Tapi Bu, aku jatuh terlalu keras kali ini.  

Aku takut tak bisa bangkit lagi.  


Aku mencoba menata kembali langkahku,  

tapi setiap jalan seolah buntu.  

Aku berusaha membangun kembali mimpiku,  

tapi setiap bata yang kususun runtuh sebelum berdiri kokoh.  


Aku lelah, Bu...  

Lelah menjadi harapan yang tak terpenuhi.  

Lelah mengejar sesuatu yang semakin jauh dari genggaman.  

Lelah menatap cermin dan melihat seseorang yang tak lagi kukenal.  


Aku teringat masa kecilku, Bu...  

Saat aku jatuh dari sepeda dan lututku berdarah,  

kau tak langsung mengangkatku,  

kau hanya berdiri di dekatku dan berkata,  

*"Coba lagi, Nak. Kau pasti bisa."*  

Aku menangis, aku kesal, aku takut.  

Tapi karena suaramu, aku berani mencoba lagi.  


Sekarang aku jatuh, Bu, tapi lebih keras.  

Bukan lututku yang berdarah,  

melainkan hatiku yang remuk.  

Bukan tanganku yang tergores,  

melainkan impianku yang terhempas.  


Aku ingat dulu aku pernah bilang,  

*"Bu, aku ingin jadi orang hebat."*  

Dan kau tersenyum, mengusap kepalaku,  

*"Kau sudah hebat, Nak, bahkan sebelum dunia mengetahuinya."*  


Tapi Bu, mengapa rasanya aku justru semakin kecil?  

Mengapa dunia terasa semakin luas,  

dan aku hanya seperti titik yang tak berarti?  

Aku ragu pada diriku sendiri, Bu.  

Aku takut aku memang tidak cukup baik.  


Tapi kau, Bu...  

Kau tetap berdiri di sana, menatapku dengan mata yang sama.  

Mata yang dulu menatapku saat aku belajar berjalan,  

yang menenangkan saat aku menangis di malam-malam penuh demam,  

yang meyakinkanku bahwa aku tidak sendiri.  


Kau tak bertanya mengapa aku gagal,  

tak meminta penjelasan panjang lebar,  

tak menghitung berapa kali aku jatuh.  

Kau hanya membukakan pintu dan berkata,  

*"Nak, pulanglah."*  


Dan di sanalah aku menangis,  

melepaskan semua beban yang kupikul sendiri,  

membiarkan semua luka mengalir bersama air mata.  


Lalu kau usap rambutku, seperti saat aku kecil,  

dengan lembut, dengan penuh kasih.  

Dan kau berkata,  

*"Kau tidak gagal, Nak. Kau hanya sedang belajar tentang hidup."*  


Bu, aku ingin percaya.  

Aku ingin bangkit,  

meski langkahku rapuh, meski dadaku masih sesak.  

Karena aku tahu,  

di setiap kejatuhan,  

ada tanganmu yang selalu menuntunku pulang.  


Aku tahu, hidup ini tak akan selalu ramah.  

Kadang ia menyambut dengan tangan terbuka,  

kadang ia menampar tanpa ampun.  

Tapi selama aku bisa pulang,  

selama kau masih di sana,  

aku akan mencoba lagi.  


Dan kali ini, Bu,  

aku berjanji, aku akan mencoba lagi.  

Bukan untuk orang lain, bukan untuk dunia.  

Tapi untuk diriku sendiri,  

dan untuk seorang ibu yang tak pernah berhenti percaya.  


Karena aku tahu, Bu,  

gagal bukan berarti berakhir.  

Dan selagi aku bisa bangkit,  

aku belum benar-benar kalah.  


---

𝐁𝐨𝐠𝐨𝐫

𝟸𝟸, ғᴇʙ, 𝟸𝟶𝟸𝟻

~ᴀʙᴀᴅ.ɪ

<ᴍᴀʟᴀᴍ~~😔>

Postingan populer dari blog ini

PUISI : ᴛᴀɴʏᴀ ᴄɪɴᴛᴀ

Puisi : Bekas Luka Trauma Karya Reza Fahlevi

Puisi : Bukan Aku Yang Kau Butuhkan Karya Awan Hitam