Postingan

Menampilkan postingan dari Januari 26, 2025

Puisi : Kepemilikan Dan Orisinalitas Sastra Karya Selena

  Kepemilikan dan Orisinalitas Sastra Selena Di balik layar, di antara kata-kata, Si tuan duduk, mengenakan topeng, Menyusun kalimat, merajut ilusi, Mengaku sebagai pencipta, tanpa rasa bersalah. Kertas berserakan, tinta mengering, Di sudut hati, suara kecil berbisik, "Sungguhkah ini milikmu, wahai tuan yang terhormat?" Atau sekadar bayang-bayang, yang kau sembunyikan? Dia menulis puisi, merayu pembaca, Dengan frasa megah, penuh romansa, Namun dalam setiap bait, ada jejak lain, Sebuah nama yang tersembunyi, di balik bayangan. Katanya karyanya,katanya dirimu yang menuliskan ini Tetapi nyatanya? (Tertawa Jahat)  Kau bilang padaku  : “Ini semua karyaku, tak bercacat, tak bernoda.” Heiiiiii... Kau memetik buah, dari pohon yang tak ditanam Tuan Mengaku pahlawan, di medan yang bukan milikmu Seolah dunia ini, hanya panggung sandiwara yang bisa kau tipu!!  Satu per satu, puisi yang katanya kau tuliskan itu dibacakan olehmu Karya orang lain, kini menjadi milikmu, Senyuman yan...

Puisi : Narasi Dalam Puisi Karya Selena

  Narasi dalam Puisi Selena Di sudut sunyi, kata-kata berbisik, Mengalir lembut, seperti sungai yang tenang, Menyentuh jiwa, menembus batas, Dunia puisi, tempat mimpi bertaut. Setiap baitnya adalah jendela, Membuka pandangan akan sebuah perasaan dan cerita, Disana, cinta menari dalam bayang-bayang, Kesedihan mengembara, mencari harapan. Puisi adalah cerminan jiwa, Mencerminkan luka yang tak terkatakan, Dibalik senyuman ada air mata, Di balik tawa ada penderitaan yang mengendap. Di setiap baris ada kehidupan, Cerita terjalin dalam sajak, Ada pejuang yang tak kenal lelah, Ada pengelana yang mencari makna. Sebuah sajak bisa mengubah dunia, Membawa angin segar di tengah badai, Menyalakan semangat, menghapus duka, Menggenggam harapan di setiap bait. Di dunia ini, kita semua penyair, Menyusun kata dalam jalinan rasa, Menggali makna dari pengalaman, Menjadi suara bagi yang terpinggirkan. Malam datang, membawa cerita, Bintang bersinar, menari di langit, Setiap cahaya adalah harapan, Setiap...

Puisi : Ayah Dalam Kenangan Abadi Karya Selena

  Ayah, Dalam Kenangan Abadi (Selena)  Di bawah langit kelabu, aku duduk sendiri, Menghitung bintang-bintang, yang kini tak bersinar lagi. Kehangatan pelukmu, masih terasa di jiwa, Setiap detik berlalu, hatiku merindu, ayah. Langkahmu yang mantap, kini tinggal jejak, Cerita-cerita tua, terukir dalam ingatan, Ketika kau bercerita tentang pahlawan, Dengan mata bersinar, penuh harapan. Kau ajarkan aku tentang keteguhan, Saat badai datang, tetaplah bertahan. Dengan suara lembut, kau bawa ketenangan, Kini sunyi, tanpa hadirmu, segala terasa hampa. Di sudut ruang, ada kursi yang kosong, Tempat kau duduk, sambil menanti senja, Kau selalu bilang, "Hidup adalah perjalanan," Kini aku berjalan, tanpa arah, tanpa tujuan. Kau adalah cahaya, dalam gelap malamku, Setiap nasihatmu, terukir di kalbu. Meskipun kau pergi, dalam pelukan tanah, Cinta dan kenanganmu, akan selalu abadi, ayah. Rindu ini, seperti ombak yang tak berujung, Membawa setiap kenangan, ke tepian hatiku. Di setiap hembusan a...

Puisi : Rumah Jiwamu Karya Aip Orlandio

 *RUMAH JIWAMU* tunjukkan padaku jalan yang harus disusuri, alamat yang perlu disambangi untuk menemuimu  berulang kali aku tersesat di jalan kusut serupa temali merentang garis nasib dipenuhi kabut waswas dan takut; apa langkah ini membawaku padamu atau semakin menjauhkan dari titik temu  kau tiba-tiba lesap usai berjabat tangan dengan berbagai peristiwa tanpa meninggalkan tanda untuk bisa kubaca  ketiadaanmu menyisakan perasaan gharib yang gagal kutafsirkan sebagai bait kehilangan  : kau ada, tapi di mana  sementara kian letih kembara pencarianku, tubuh ini makin bersikeras ingin pulang ke rumah jiwamu  — Aip Orlandio

Puisi : Sajak Pemuda Gila Karya Aip Orlandio

 SAJAK PEMUDA GILA Karya: Aip Orlandio Aku lah insan sialan itu Yang tak kenali diri dan mampu menghambat mimpi Akulah asap pekat yang mengganggu nyaman tidurmu Akulah pengacau paras jelitamu karena aku menggangu kehormatan mu dicinta oleh orang gila Aku datang padamu dengan balutan debu kemiskinan, dan menyapa mu diatas kedinginan balasan senyuman Aku datang menggerogoti kesempurnaan mu Karena kau Dicinta seorang nan papa lagi celaka Aku datang sebagai air selokan, Hitam pandangan orang, tanpa tangkai bunga tanpa kain atau emas tanda cinta Kau kelabakan dan mencari selah lari Kau kucari disela sela puisi untuk kuhampiri Kau ku dengungkan pada malam gulita Meringis ringis atas segala kegilaan Tertawa tanda luka mendalam Diatas cakrawala kau tidur nyaman.. Tahta, rupa, dan harta kau punya. Diatas cakrawala kau menjelma purnama Dari setiap nyanyian harapan binatang hutan Kau telah menjadi angin dibadan Dingin membalut garang menumbuk  Dan lantang bersuara penolakan Hei... Kau ...

Puisi : Cintaku Tegar Tengkuk Karya Aip Orlandio

CINTAKU TEGAR TENGKUK Karya: Aip Orlandio  Puan, aku tidak ingin menyerah. Aku akan berusaha lebih keras. Aku tak ingin berakhir dengan menyesali sebuah keputusan. Jika pada akhirnya gagal, itu bukan karena aku menyerah. Bukan karena aku tak berusaha, tapi barangkali bukan aku yang kamu inginkan. Aku tidak ingin memaksakan sesuatu yang tidak kamu mau. Aku tidak ingin memaksamu menerimaku. Aku tidak ingin memaksakan perasaanku dalam bentuk apa pun dan kepada siapa pun.  Puan, jika barangkali usahaku membuatmu terketuk, dan akhirnya kamu merasa bahwa aku cukup baik untukmu, aku ingin kita hidup bersama. Merawat apa pun yang nanti kita miliki, memperjuangkan apa pun yang ada di depan nanti. Aku ingin mencintaimu dengan kedewasaan yang kuketahui. Dengan memberi kesempatan pada masing-masing kita untuk terus tumbuh dan menghindari penyesalan. Aku ingin mencintaimu dengan kesungguhan, dengan kesempatan yang tak pernah aku miliki sebelumnya. Kesempatan yang sejak aku mengenalmu, inil...

Puisi : Titik Balik Karya Aip Orlandio

 TITIK BALIK Karya : Aip Orlandio  Selama ini rupanya liang nyaman yang kudiami ialah kotor, gelap, tak terurus. Dipan yang menjadi alas tidurku sejak berbelas tahun lalu nyatanya bahkan tidak mengandung sehelai kapuk pun. Ia benar-benar tanah telanjang berbatu dan selimutku adalah ilalang-ilalang panjang yang ujungnya menusuk daging hingga rusukku. Setelah berbelas tahun, kenapa tak sekalipun mataku jujur dengan apa yang terlihat? Aku sudah reyot, tapi berbelas tahun di depan kaca aku selalu memandang diriku berkilau, seolah aku ini pusat dunia. Lalu pagi tadi aku jatuh. Setelah berkali-kali jatuh di atas tanah telanjang yang sama, yang menyadarkan bahwa langkahku tidak pernah bergerak jauh dari titik itu-itu saja. Aku terjatuh paling rupa kali ini. Sekali lagi, jatuh. Jatuh sampai aku terkejut bahwa aku ada di liang kotor, gelap, tak terurus. Yang tidak kusadari adalah selama ini aku hidup dalam pikiranku sebab aku buta dirundung takut. Takut yang sering datang waktu bisik p...

Puisi : Eksistensi Kurang Waras Karya Aip Orlandio

 EKSISTENSI KURANG WARAS Karya: Aip Orlandio  aku duduk bingung; aku harus apa.  berperang dengan dinginnya air malam,  lalu aku dihantui oleh suara keresahan.  kau ada dimana-mana,  disetiap sudut dan sisi ruang,  aku harus rela mengumpat sekian lamanya hanya untuk tidur tenang.  aku berdiri dan gugup tak harus apa,  terjaga di subuh buta.  bergegas berangkat minutemen gawai,  pun aku resah kewajiban itu bukan lagi pengutamaan; tidak bisa.  dua-tiga kali aku mengigit bibir  sembari meneguk air sesekali,  sialan, suaramu masih terngiang-ngiang.  suaranya bergema, dan berkali-kali terputar bak kaset rusak.  aku membaca buku, adegannya riuh,  semuanya jadi tentang tembok putih dan rusuh.  lembar-lembar yang gaduh,  aku mencoba alihkan; namun, hening tak mau bersahabat,  ia kerap menjadi bejat. ia semakin bangsat.  Jakarta, 06 Maret 2023.