Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 22, 2025

Puisi : Pembaca atau sebagai penulis? karya selena

  Pembaca atau sebagai penulis?  Karya : Selena Di balik bait-bait yang kau ukir, Tersembunyi bayang-bayang keangkuhanmu, Kau anggap dirimu raja dan ratu di antara narasi narasi Cuih...  Dengan senyuman lebar, kau terima pujian, Hadiah yang terus mengalir deras, Namun, di dalam hatimu, Adakah kejujuran yang tersisa? Atau semua ini hanya topeng semu? Di balik lirik yang kau baca, Tersimpan ego yang membara, Mengaku sebagai penguasa kata, Sementara hening hatimu terabaikan oleh rasa. Kau bersenandung di atas panggung, Menari di antara kata-kata orang lain, Seolah semua ini adalah milikmu, Padahal, kau hanyalah penunjuk, Yang tak pernah menciptakan narasi. Dari kata kata yang kau baca, Kau bangun istana yang megah, Tapi adakah dindingnya terbuat dari kejujuran?  Atau hanya ilusi yang kau ciptakan, Dalam ruang kosong tanpa makna? Hahaha..hei tuan nona,. . Kau terlalu terbang tinggi..  Di atas puisi yang tak kau tulis, Kau merobek langit malam, Mendengar suara angi...

Puisi : Cinta Nyata Karya Selena

  Cinta nyata  Karya selena Mengenalnya berawal dari media sosial, Di antara foto dan kata, hati kita bertemu, Hingga menjadi pasangan di dunia nyata, Setiap detik bersamanya adalah anugerah yang tak terduga. Pada akhirnya, kini aku menjadi pemiliknya selamanya, Seperti bintang yang takkan redup, cahayanya takkan sirna. Banyak yang ingin menghancurkan hubungan ini, Namun cinta kami lebih kuat dari badai yang datang menghampiri. Di saat gelap, aku pegang tangannya, Berharap doa kami terjawab, terangkai dalam bahagia. Kita berlayar di lautan penuh gelombang, Namun harapan kita adalah kompas, takkan pernah hilang. Setiap tawa dan air mata, membentuk cerita kita, Seperti lukisan indah, yang takkan pernah pudar warnanya. Cinta ini bukan sekadar kata, Ia adalah perjalanan, tak terpisahkan oleh jarak dan waktu yang ada. Mereka bilang cinta takkan bertahan, Tapi kita buktikan, dengan setiap pelukan dan pandangan. Ketika badai menghantam, kita tetap berdiri, Dua jiwa, satu hati, takkan...

Puisi : Refleksi Dalam Arrogansi karya Selena

Refleksi Dalam Cermin Arrogansi Karya : Selena Di balik senyummu, ada racun yang tersembunyi,   Kau bawa keyakinan, seolah kau yang paling mengerti.   Dengan suara lantang, kau hiasi setiap kata,   Padahal, dalam hatimu, ada kepalsuan yang terlupa.   Kau datang dengan opini, seakan segalanya jelas,   Namun, di balik semua itu, hanya ada kebisingan yang lemas.   Kau bicarakan cinta, tanpa tahu rasanya,   Seolah kau peluk bintang, tanpa pernah melihatnya.   Dalam kerumunan, kau jadi pusat perhatian,   Namun, bagi jiwa yang peka, kau hanyalah bayangan.   Kau tunjukkan jalan, tapi tidak pernah melangkah,   Hanya mengisi ruang kosong dengan seribu alasan yang lelah.   Kau sok tahu segalanya, dari langit hingga bumi,   Tapi pernahkah kau lihat, betapa rapuhnya hati ini?   Kau buatku terdiam, dengan segala teori yang kau bawa,   Sementara dalam k...

Puisi : Jakarta Sore Karya Bolong

 Date: 2024/12/08 JAKARTA SORE Lihatlah di langit biru, sebentar lagi redup Awan itu akan berganti menjadi swastamita Menandakan sebentar lagi gelap Aku Hannya bisa memandangi pundakmu dari belakang meninggalkan kami di sini Aku tak pernah menyangka kalau itu akhir dari cerita kita Cerita yg dulu kita lalu bersama teman teman disini Bercanda gurau seperti burung burung di angkasa yg tak mengenal sedih Bagaikan satu keluarga yg di dalamnya hanya mengenal tawa  Rasanya waktu berputar terlalu cepat sampai aku melupakan kalau ini harus terjadi... Semakin lama semakin hilang dari pandangan  Tanpa sedikitpun kau menoleh ke belakang  Aku tauh, kau tak sanggup menahan air matamu  Aku tahu, ada rasa yg hilang selama ini di hatimu Aku tahu, hati dan kakimu sangat lah berat untuk melangkah pergi, dan Aku tahu, kau tak mampu menatap mata kami, walau hanya sekadar mengucapkan kata Selamat Tinggal  Kau tak perlu katakan itu,  kami sudah memahami Kalau kau bertanya d...

Puisi : 01:05 karya bolong

 01.05 Dalam diam seribu bahasa Berteriak lantang dalam hati Bercengkrama dengan khayal Walau ku tahu itu adalah diam Tak ada yg peduli dengan ranting yg rapuh Tak ada yg tauh kalau kain telah kusut Bergemuruh ombak di laut memecahkan tembok penghalang suka Namun tak sedikit pun mengusik lamunanku Wahai malam... Baru saja kau menampakkan kasihmu Kini kau hadir lagi menerangi gelap ku Begitu cepat putaran masa,  Seakan  kau ingin menemani ku Berdamai dengan waktu Wahai Sunyi... Bagiku kau lentera penunjuk arah Bagiku kau teman dalam dingin Menyelimuti kalbu yg sudah lama beku Meniup lembut jiwaku yg hampa  Pandangan  kosong tak bermakna Mencoba menari dalam imajinasi Menggapai harap di langit jiwa Kesunyian begitu indah untuk di tinggalkan Jangan usik diriku, aku damai di sini Berteman langit kuning di angkasa Bertiup angin melantunkan nada sumbang  Terdengar merdu temani hariku  Jangan coba merayuku, aku tak butuh keramaian  Tinggalkan aku di sini...

Puisi : Kerinduan Karya Bolong

 KERINDUAN Azan subuh bangun kan aku dari tidur Sejenak aku ngumpulin nyawa, yang bertebaran dalam mimpi panjang Satu per satu aku coba ingat,  merangkai dalam Satu cerita, cerita indah di langit malam tadi Kenapa begitu sepi, begitu hening Tak ada lagi yang bangunkan aku Tak ada lagi yang mengelus elus kepalaku Sambil berbisik di telingaku "nak bangunlah, nanti rejekinya di patuk ayam" Tak ada lagi yang aku liat pintu di buka oleh seorang lelaki tangguh yang baru pulang dari masjid Tak ada lagi.... Mama aku rindu...Papa aku kangen... Aku tak kuat berjalan di muka bumi ini tanpamu. Berjalan dalam keramaian menusuk sepi ke jantung sanubari, merobek alam sadarku  Ternyata aku telah sendiri, benar benar sendiri Maa..aku butuh pelukanmu ketika aku menangis dalam kekecewaan di khianati oleh orang orang tak berperasaan Aku butuh kamu mama.... Pa...aku butuh nasehatmu ketika aku salah memilih jalan, ketika aku terjatuh dalam  perjalanan ku menuju istana yg kau buat untukku ...

Puisi : For Someone Karya Bolong

 Setelah sekian lama kau pergi... Tiba tiba aku ingat sesuatu tentangmu Tapi ini bukan kangen, apa lagi harap Ada sesuatu yang mengganjal di hati Keputusanmu untuk meninggalkanku Sepertinya itu bukan kau yang aku kenal Aku sangat mengenalmu, sampai ke relung hatimu yang paling dalam Hmmmmmm... (Menghelai nafas) Hey...sedang apa kau... Kau pasti sedang memandangi air di dalam danau belakang rumahmu Aku tau apa yang kau lakukan Mulai dari bangun tidur hingga kau tertidur kembali Aku terbiasa dengan rutinitas mu Desahan nafasmu, gelak tawamu sampai aroma tubuhmu sangat aku kenal... Aku bahkan mengenalmu dari pada aku mengenal diriku sendiri... Hmmmmm....(Mengelai nafas) Tiba tiba saja aku mendengar kan lagu yang sering kau nyanyikan.. Dulunya lagu itu biasa biasa saja, tapi koq jadi indah aku dengerin sekarang... Aku baru sadar, ternyata aku tak romantis Aku baru  sadar, aku begitu dingin Dan aku baru sadar kau meninggalkanku karena ini semua Maafkan aku kalau aku tak romantis...

Puisi : Beban Hati Yang Tak Terlihat Karya Selena

  Beban Hati yang Tak Terlihat Karya selena Jangan memandang aku, dari balik bayang-bayang, sebab di dalam mataku, terdapat lautan kesedihan, gelombang yang tak pernah reda, menyimpan cerita yang tak terucap. Jangan memandang aku, Dengan tatapan penuh rasa iba, Sebab di balik bayang-bayang, Ada cahaya harapan yang takkan pudar. Di balik senyum ini, tersembunyi luka yang dalam, seperti bunga yang layu, di tengah padang yang gersang, ingin mekar, tetapi terhalang, oleh dinginnya malam yang panjang. Aku adalah wanita, Dengan cerita yang tak terucap, Di antara kerinduan yang menggelora, Dan kenangan yang tak lekang oleh waktu. Jangan memandang aku, dari sudut penuh prasangka, aku adalah cerita yang hilang, dalam riuhnya dunia yang kejam, sebuah jiwa yang merindu, akan pelukan hangat yang pergi. Aku adalah wanita yang telah ditinggalkan oleh suamiku, Seperti daun gugur di musim rontok, Namun aku takkan terpuruk, Dalam kesedihan yang menyesakkan. Di setiap detak jantungku, ada harapan ya...

Puisi : Jejak Tanpa Serpihan Karya Selena

  Jejak Tanpa Serpihan Karya : Selena Di malam sunyi, bisikanmu menghantui, Tuduhan yang tak beralasan, seperti bayangan kelabu, Kau lemparkan kata, bagai panah tanpa arah, Membelah hati ini, dalam keraguan yang dalam. Cahaya bulan, saksi bisu kita, Namun, kau pilih gelap, menutup mata pada cinta, Kau lihat aku, bukan dengan kasih, Tapi dengan curiga, yang merobek jiwa. Kau sebut namaku, di tengah kebisingan itu, Dengan nada menyalahkan, penuh duka dan sendu, Seolah semua kenangan, hanyalah ilusi, Yang kau buat sendiri, dalam benak yang keliru. Aku berdiri di sini, tanpa sepatah kata, Meraba rasa, yang semakin pudar, Kau tak lihat cinta, yang ku ukir dalam jiwa, Hanya bayangan khayal, yang kau ciptakan tanpa rasa. Setiap detik berlalu, menambah jarak kita, Seperti ombak yang menjauh, dari pantai yang bergetar, Sementara hatiku berteriak, mencari keadilan, Mencari cahaya, dalam kegelapan tuduhanmu. Di ujung hari, saat mentari tenggelam, Kau masih terjebak, dalam labirin prasangka, D...

Puisi : Kenangan Yang Tak Mau Pergi Karya Bang Bolong

 Di ujung senja kau pernah berjanji, Tak akan pergi, tak akan hancur. Tapi waktu perlahan berubah, Janji itu kini hanya sejarah. Aku menunggu dalam diam, Menggenggam bayang yang perlahan padam. Kau menjauh tanpa kata, Meninggalkan hati yang hampa. Angin membawa sisa suaramu, Dalam rintik hujan yang pilu. Aku ingin melupakan, tapi tak bisa, Karena kenangan masih bernyawa. Malam panjang tanpa bintang, Sepi menusuk, hati meradang. Aku mencari dalam gelap, Tapi namamu hanya bayang senyap. Jika rindu bisa dihapus waktu, Mungkin aku tak lagi terpaku. Tapi luka ini terlalu dalam, Mengendap, tak mau tenggelam. Kini aku berjalan sendiri, Di antara kenangan yang kau tinggalkan. Aku mencintaimu dalam sunyi, Meski kau tak lagi peduli. Aku masih di sini, terdiam sendiri, Di antara bayang yang enggan pergi. Dulu kau janji takkan tinggalkan, Tapi kini aku sendirian. Malam-malam terasa panjang, Tanpa suaramu, tanpa pelukmu. Aku menunggu di tepian sunyi, Tapi langkahmu tak kembali. Aku masih ingat ...

Puisi : Langit Kelabu Membawamu Pergi Karya Bang Bolong

 Langit kelabu menggurat kisah, angin berbisik dalam resah. Rinai hujan jatuh perlahan, seperti air mata yang ku tahan Menyelimuti pagi,yg begitu menusuk hembusan angin mengabarkan sepi. Jejak langkahmu menghilang perlahan, meninggalkan bayang di sudut ingatan. Rintik hujan jatuh tanpa suara, seperti bisikan luka yang tak terucap. Kau pergi di bawah awan yang sendu, membawa cahaya yang dulu menyatu. Aku berdiri di ujung senja, menatap langit yang tak lagi sama. Kelabu itu menelan senyum, menyisakan sunyi dalam kalbu. Andai angin bisa membawa pesan, ku sisipkan rindu di setiap hembusan. Namun langit kelabu tak menjawab lagi, hanya diam... membawamu pergi. Kau melangkah tanpa menoleh, di ujung jalan yang kian menjauh. Aku terdiam, hati menggigil, mencari hangat yang kau bawa pergi. Dulu kita menari di bawah mentari, tertawa tanpa beban di hati. Kini bayanganmu samar memudar, terhapus waktu yang terus berputar. Langit menangis bersama rinduku, kelabu menyelimuti pilu. Ingin kusapa, in...

Puisi : Cinta Dalam Tatapan Karya Bang Bolong

 Di matamu, kutemukan cahaya, hangat menyapa di tiap tatapan, seperti mentari yang setia bersinar, menyapu dingin di pagi kelam. Di hatimu, kutemukan rumah, tempat segala resah tenggelam, tempat rindu berbisik lirih, menyulam kisah yang tak padam. Kau adalah detak di setiap debar, bait indah di tiap sajak, cinta yang tumbuh tanpa pudar, menjadi takdir yang ter jejak. Aku mencintaimu seperti laut mencintai pantai, tak pernah jemu menyentuhnya, meski harus pergi dan kembali. Seperti angin yang membelai lembut dedaunan, selalu hadir meski tak selalu terlihat. Aku mencintaimu seperti malam merindukan bintang, menjadikan gemerlapnya sebagai pelita dalam gelap. Seperti fajar yang selalu datang, menjemput hari dengan harapan baru. Cintaku bukan sekadar kata yang diucap, bukan sekadar janji yang mudah terlepas, ia adalah doa yang kupanjatkan diam-diam, adalah tatapan yang bicara lebih dari lisan. Aku mencintaimu dalam diam yang menghangatkan, dalam bisikan yang menyentuh hati, dalam detak ...

Puisi : Untuk Jiwa Yang Rapuh Karya Bang Bolong

 Ada retakan di hatimu, yang tak pernah kau biarkan dunia tahu. Di balik senyummu yang menggenggam mentari, ada luka yang diam-diam kau sembunyikan sendiri. Setiap pagi kau bangun dengan doa yang lirih, meminta kekuatan untuk bertahan meski letih. Langkahmu kecil, tapi penuh arti, meski kadang kau merasa dirimu hanyalah serpihan sunyi. Aku tahu kau sering bertanya, mengapa dunia ini terasa begitu berat adanya? Mengapa hati yang penuh cinta harus terluka, dan jiwa yang tulus dihantam gelombang derita? Namun dengarlah, wahai jiwa yang rapuh, kau adalah bintang di langit yang terlihat redup. Tapi redupmu bukan tanda bahwa kau kalah, hanya bahwa kau sedang mengumpulkan cahaya yang lebih indah. Air matamu bukanlah kelemahan, ia adalah bahasa yang tak butuh terjemahan. Ia berbicara tentang keberanianmu, tentang caramu bertahan di tengah dunia yang pilu. Setiap retak di hatimu adalah cerita, tentang perang yang kau menangkan tanpa suara. Setiap luka adalah puisi, tentang keberanian melang...