Kumpulan Aksara Hago Literasi Puisi

  BIRU YANG MENYENTUH JIWA BIRU, ENGKAU HELAI WAKTU YANG TERSISA, SEPERTI LAUTAN YANG TIADA TEPIAN, SETIAP DETIK YANG BERLALU ADALAH JEJAKMU, MENGISI RUANG KOSONG DI RELUNG HATI, KAU HADIR SEBAGAI WARNA YANG MENYENTUH, MENYATU DALAM LANGKAH DAN DEBAR NADIKU. BIRU, BUKAN SEKADAR RUPA DI MATA, MELAINKAN KETENANGAN YANG MEMBISIK DI HATI, BAGAI LANGIT YANG MERUNDUK LEMBUT, MEMELUK DUNIA YANG SARAT KERAGUAN, CINTA KITA TAK SEKADAR TERUCAP, TAPI MENGALIR LAKSANA SUNGAI YANG TERUS BERJALAN. ENGKAU PELUK SETIAP KEGELISAHAN, BAGAI MALAM YANG DIHIASI GEMINTANG, DALAM KEDALAMANMU KUTEMUKAN RUMAH, TEMPAT NYAMAN MESKI TAK TAMPAK, TATAPANMU MENJADI CAHAYA DALAM GELAP, MENUNTUNKU DI JALAN PENUH KETIDAKPASTIAN. DI SETIAP BIRU, HADIR KENYAMANAN, BAGAI PELUKAN YANG TERUCAP TANPA KATA, KAU BAGAI ANGIN BERBISIK LEMBUT, MEMBAWAKU JAUH DARI CEMAS YANG MELANDA, DI KEDALAMAN WARNA INI, AKU MERASA DAMAI, SEPERTI PELABUHAN YANG MENUNGGU SANG NAKHODA. BIRU, ENGKAU LANGIT YANG TERBENTANG LUAS, TEMPATKU TERBAN...

OPERA LUKA DI NEGERI FATAMORGANA WAHAI TUAN, PENGUASA PUALAM DI ATAS SINGGASANA, KAU TAK TAHU, ATAU ENGGAN TAHU, BAGAIMANA TANAH INI TERJEDA, TANGAN-TANGAN KECIL MENGGALI HARAPAN DALAM LADANG TANDUS, NAMUN LADANG ITU MILIKMU, DIPAGAR DENGAN PERATURAN YANG HAUS. KATAMU, "KEADILAN ADALAH JANTUNG NEGERI," NAMUN DENYUTNYA TERSEMBUNYI DI ISTANA MARMER, TAK PERNAH TERBAGI, RAKYAT DIPAKSA HIDUP DARI REMAH-REMAH YANG JATUH DI MEJA PESTA, SEMENTARA KAU BERSULANG, BERBICARA TENTANG KEMAKMURAN YANG FANA. DI JALANAN, MEREKA YANG KAU SEBUT RAKYAT JELATA, BERJALAN PINCANG DENGAN BEBAN YANG KAU TUMPUK DI PUNDAKNYA, KAU NYATAKAN, "KAMI BEKERJA UNTUK MEREKA!" NAMUN TANGANMU SIBUK MENULIS TAKDIR BAGI DIRIMU SAJA. AH, NEGERI INI, NEGERI PARA DEWA BERDASI, KAU CIPTAKAN HUKUM SEPERTI JARING LABA-LABA YANG PENUH TIPU, KUAT UNTUK MENANGKAP LALAT-LALAT KECIL YANG LEMAH, NAMUN SELALU ROBEK KETIKA SERIGALA BESAR DATANG MENYAPA. LIHATLAH MEREKA, DI SUDUT PASAR YANG KAU BANGGAKAN, ANAK-ANAK KE...

DI BALIK PANGGUNG KEKUASAAN DI GEDUNG TINGGI, BERKILAU KACA DAN BETON, PARA PEMIMPIN DUDUK, BERWAJAH PENUH KEBOHONGAN, BICARA TENTANG RAKYAT, TAPI LUPA AKAN TUJUAN, MENGGAPAI TAHTA DENGAN TANGAN PENUH KELICIKAN. DI ATAS MIMBAR, MEREKA MENYUARAKAN JANJI, DEMI KEMAKMURAN, MEREKA KATA, KITA ABADI, NAMUN DI BALIK SENYUM ITU, ADA BISIKAN SUNYI, KEUNTUNGAN PRIBADI, DI ATAS PENDERITAAN HATI. WAHAI MEREKA YANG BERKEKUASA, TINGGI DAN MEGAH, MUNGKINKAH KALIAN LUPA PADA YANG DI BAWAH? RAKYAT YANG HIDUP DALAM SERBA KEKURANGAN, SEDANG KALIAN TERTAWA DI ATAS TUMPUKAN UANG. DENGAN KATA-KATA INDAH, KALIAN PENUHI ANGAN, TENTANG PERUBAHAN, TENTANG SEBUAH HARAPAN, NAMUN PADA KENYATAANNYA, HANYA ADA PENANTIAN, MENUNGGU JANJI YANG TAK KUNJUNG DILAKSANAKAN. DI PASAR, DI KAMPUNG, DI JALANAN YANG KOTOR, MEREKA YANG MISKIN HANYA BISA BERHARAP, NAMUN PARA PENGUASA SIBUK BERDEBAT, TENTANG KURSI DAN TAHTA YANG INGIN MEREKA PEREBUTKAN. KALIAN BERPAKAIAN SUTRA, BERBICARA TENTANG RAKYAT, NAMUN TANGISAN MEREKA HANYA ...