PUISI : Selaksa Harap Di Padang Kehampaan Karya Hawa
"SELAKSA HARAP DI PADANG KEHAMPAAN"
DALAM BENTANG WAKTU YANG KEHILANGAN BATAS,
AKU BERDIRI DI PADANG KEHAMPAAN TANPA JEJAK.
ANGIN MEMBAWA BISIK YANG TAK BERMAKNA,
NAMUN DI DALAMNYA, KUSEMATKAN NAMAMU SEBAGAI SUARA.
LANGIT MEMERAH, SEPERTI LUKA YANG TAK SEMBUH,
AWAN BERGERAK LAMBAT, MENUNDA HARAPANKU TUMBUH.
AKU MELUKIS BAYANGANMU DI ATAS DEBU,
NAMUN ANGIN MENCURI, MENYISAKAN RINDU YANG KELU.
DI KEJAUHAN, MATAHARI MEREDUP PERLAHAN,
SEPERTI HATIKU YANG ENGGAN BERPISAH DARI KENANGAN.
BAYANGMU MELINTAS DI ANTARA GULITA,
MENJADI NYALA KECIL DI TENGAH PUTUS ASA.
AKU INGIN MENERIAKKAN NAMAMU KE SEMESTA,
AGAR SETIAP BINTANG TAHU TENTANG LUKA INI.
NAMUN, APA DAYA SUARA TAK SANGGUP MENEMBUS,
DINDING SUNYI YANG MEMBELENGGU SEGALA BISIK.
PADANG INI PENUH DENGAN SERPIHAN MIMPI,
BERSERAKAN SEPERTI KACA YANG PECAH BERKEPING.
AKU MEMUNGUTNYA SATU PER SATU,
MESKI TAHU, IA TAKKAN UTUH SEPERTI DAHULU.
HARAPAN ADALAH LILIN YANG MENYALA RAPUH,
DI TENGAH BADAI, IA TETAP BERTAHAN MESKI LUSUH.
AKU MELINDUNGINYA DENGAN DUA TANGAN GEMETAR,
KARENA HANYA ITU YANG MEMBUATKU MERASA BENAR.
WAKTU BERJALAN SEPERTI LANGKAH TANPA ARAH,
MENINGGALKAN JEJAK SAMAR DI TANAH YANG PASRAH.
AKU INGIN BERLARI, MENGEJARMU YANG JAUH,
NAMUN RINDU MENJERATKU DALAM BELENGGU YANG KERUH.
PADA MALAM, KUBISIKKAN DOAKU YANG SEDERHANA,
AGAR CINTA INI TAK MEMUDAR DALAM GULITA.
MESKI JARAK MERENTANG SEPERTI LAUTAN TANPA UJUNG,
AKU PERCAYA, HARAPAN INI TAKKAN TERKATUNG-KATUNG.
LANGIT MENGGANTUNG BULAN YANG PUCAT PASI,
SEOLAH MENYAKSIKAN CINTA YANG HAMPIR MATI.
NAMUN, AKU MENGGENGGAM JANJI DALAM SUNYI,
BAHWA SELAKSA HARAP INI TAKKAN KUINGKARI.
SETIAP DESIR ANGIN MEMBAWA AROMA KEHILANGAN,
NAMUN KUHIRUP, MENJADIKANNYA KEKUATAN.
AKU TAHU CINTA ADALAH PERJALANAN PENUH LUKA,
TETAPI IA JUGA JEMBATAN MENUJU BAHAGIA.
DI PADANG INI, AKU MENANAM SEBUTIR BENIH,
MESKI TANAHNYA GERSANG, MESKI AIRNYA LETIH.
KUSELIPKAN NAMAMU PADA SETIAP AKARNYA,
BERHARAP KELAK IA TUMBUH SEBAGAI POHON ASA.
KEHAMPAAN INI ADALAH RUANG TANPA SUARA,
NAMUN DI DALAMNYA, AKU MENDENGAR GEMA CINTA.
IA MEMANTUL, MENGISI RONGGA HATI YANG KOSONG,
MENYUSUN PUING-PUING JIWA YANG SEMPAT TERGONCANG.
KUBIARKAN MALAM BERBICARA DENGAN BINTANG,
MENULISKAN RINDUKU DI ANTARA RIAK TERANG.
JIKA KAU MEMBACA, KAU AKAN TAHU,
BAHWA CINTAKU TETAP HIDUP MESKI DIRIMU TAK DI SISIKU.
AKU BERDIRI DI SINI, DI TENGAH SUNYI YANG DALAM,
MENGUKIR NAMAMU PADA SETIAP DESIR ILHAM.
PADANG INI MUNGKIN TAK MENJANJIKAN JAWABAN,
TETAPI IA ADALAH SAKSI BAGI CINTA YANG TAK TERTAHAN.
KETIKA MENTARI MENYAPA PAGI YANG KELAM,
AKU MENATAP FAJAR DENGAN HATI YANG DIAM.
MEMBAWA HARAPAN KECIL YANG MASIH BERNYALA,
BAHWA CINTA INI AKAN MENEMUKAN JALANNYA.
KEHAMPAAN INI MUNGKIN ABADI,
TETAPI HARAPAN TAK PERNAH MATI.
MESKI RAGA TAK MAMPU MENJANGKAUMU,
JIWA INI TETAP MERANGKUL BAYANGANMU.
DAN JIKA AKHIRNYA KAU TAK PERNAH KEMBALI,
KUHARAP KAU TAHU AKU TETAP MENANTI.
DI PADANG KEHAMPAAN YANG SUNYI INI,
SELAKSA HARAP TETAP TUMBUH, MENYULAM MIMPI.
CINTA ADALAH CAHAYA YANG MENGHIDUPKAN,
MESKI IA BERSINAR DI TENGAH KEHENINGAN.
AKU AKAN TERUS MENUNGGU, MESKI TAK PASTI,
KARENA CINTA ADALAH KEABADIAN YANG TAK TERGANTI.
Judul: SELAKSA HARAP DI PADANG KEHAMPAAN
Hawa
Bandung, 1 juni 2024.