DIALOG : Cinta Terhalang Buku Nikah Karya Riadi Komara (Member Hago Literasi Puisi)
"CINTA TERHALANG BUKU NIKAH"
Tuan : Assallamualaikum Puan..
Puan : Waalaikumsallam Tuan...
Tuan : Puan, telah lama kita tidak bersua.
Baru saya sadari kehilanganmu adalah kenangan paling membekas dalam hidupku.
Telah lama jua saya menanti perjumpaan kita, apakah kabar dirimu puan?
Puan : Iya, telah lama kita tidak bersua.
Kabarku baik Tuan, hanya ada sedikit rasa bersalah yang sampai saat ini tak bisa saya hilangkan.
Tuan : Kenapakah gerangan Puan?
Rasa bersalah apa yang sedang puan rasakan?
Puan : Tanpa Tuan tanyakan, sebenarnya pun Tuan telah mengetahuinya.
Dan tanpa saya bicara pun sebenarnya Tuan telah ucapkan di awal sambutan perjumpaan.
Tuan : Apa maksud kamu Puan?
Bicaralah, jika memang saya melontarkan perkataan yang meresahkan hati Puan.
Puan : Perihal saya yang telah meninggalkan Tuan.
Saya masih di hantui rasa bersalah akan hal itu. Sesungguhnya saya pun tak inginkan adanya perpisahan di antara kita berdua.
Dan lagi pula sebenarnya saya tak memiliki rasa terhadapnya Tuan.
Ini semua saya lakukan karena atas dasar keterpaksaan.
Tuan : Keterpaksaan katamu?
Jadi maksud Puan mengajak saya bertemu itu untuk menjelaskan sebuah alasan yang tak masuk akal?
Sudahlah Puan !! Tak ada yang perlu lagi ada yang di jelaskan.
Puan : Tuan, sebegitu bencinya dirimu terhadap saya?
Sampai kaupun tak mau mendengarkan penjelasan saya terlebih dahulu.
Tuan : Memangnya apa yang mau kau bicarakan puan?
Puan : Tuan, andai kau tahu di hubungan ini pun sebenarnya saya tersiksa.
Saya harus menikah dengan laki-laki yang tak saya cinta.
Saya harus bersama laki-laki yang tak saya harapkan sebagai suami saya.
Jujur saya pun tersiksa akan hal ini Tuan..
Tuan : Apa maksud kamu Puan?
Puan : Saya menikah dengannya karena perjodohan dari Orang Tua.
Tuan : Apa?
Puan : Saya menikah dengannya karena di jodohkan !!
Kau dengar itu Tuan?
Saya menikah dengannya karena di jodohkan !!
Tuan : Hahahaha, jika memang pernikahanmu karena perjodohan lantas untuk apa kau terima?
Jika memang pernikahanmu terjadi atas dasar keterpaksaan, kenapa tempo lalu kau berpura-pura bahagia di hadapanku?
Kenapa hah?
Puan : Karena saya tidak mau Tuan terus-menerus mengharapkan saya, Wanita yang hina, Wanita yang jahat dan Wanita yang tak bisa menghargai perasaan laki-laki yang mencintainya.
Kamu tahu kan alasan saya sekarang?
Untuk bicara perihal cinta, tak usah kau tanyakan itu Tuan?
Kalau saya tak mencintaimu untuk apa saya datang menjelaskan semuanya padamu.
Untuk apa saya datang kesini hah?
Untuk menyakiti diriku sendiri?
Melihat laki-laki yang saya cintai harus menghinakan diri saya.
Untuk apa saya datang meminta maaf Tuan?
Jika memang saya tak mencintaimu.
Saya pun tak bisa menyalahkan Orang Tua saya, karena Orang Tua sayapun menjodohkan saya karena suatu alasan dan alasan itu tak bisa saya ceritakan terhadap Tuan waktu itu.
Tuan : Alasan apa yang Puan maksud?
Kenapa Puan tidak mau bercerita terhadap saya ?
Apakah saya tak bisa di andalkan untuk Puan?
Apakah saya tak pantas untuk mendengar cerita Puan?
Atau apakah saya bukan orang yang tepat untuk Puan?
Puan : Orang Tua saya kala itu mempunyai hutang dan tidak mampu untuk membayarnya.
Dan sebagai gantinya saya harus menikah dengannya.
Maaf Tuan bukan saya tak mau bercerita terhadap Tuan.
Melainkan saya tak mau Tuan ikut memikirkan penderitaan saya.
Saya tak mau orang yang di cintai harus ikut kesusahan.
Untuk itu saya datang ke Tuan, untuk meminta maaf atas apa yang saya telah lakukan terhadap Tuan.
Saya minta maaf jika saya menyakiti hati Tuan.
Tuan : Baiklah saya maafkan Puan.
Saya maafkan Puan..
Tapi ijinkan saya berpesan singkat sebelum kita berpisah lagi.
Puan : Baik Tuan saya akan mendengarkannya.
Hal apa yang ingin Tuan sampaikan terhadap saya?
Tuan : Menetaplah, jika engkau dengannya bahagia. Berbahagialah, jika engkau menikah dengannya atas dasar cinta.
Namun lepaskanlah, jika engkau dengannya atas terpaksa dan Berpisahlah, jika engkau dengannya hanya di hiasi air mata.
Biarlah saya disini mencinta meskipun cinta saya terhalang buku nikah KUA.
Puan : Baik Tuan..
Sejujurnya saya pun memang ingin berpisah dengannya hari minggu nanti saya sedang urus surat cerai di KUA.
Biar saya hidup sendiri ketimbang mempunyai suami, tetapi perannya serasa mati.
Tuan : Baiklah semua jalan keputusan ada di dirimu Puan.
Dan jangan libatkan saya dalam hal ini.
Puan : Tidak Tuan. Sama sekali tak ada niat sedikitpun saya libatkan Tuan akan hal ini.
Baiklah Tuan saya ijin pamit..
Terimakasih telah memaafkan kesalahan saya, semoga nanti kita bisa bertemu lagi di alur cerita yang berbeda.
Dan semoga kejadian ini mampu mendewasakan diri kita.
Assallamualaikum wr.wb, duhai Tuan lelaki yang saya cintai
Tuan : Waalaikumsallam Wr.wb, duhai Puan sang pujaan hati.
"Riadi Komara"
Tasikmalaya, 08 November 2023