Puisi : Bangsa Yang Penih Kebohongan Karya Selena
Di balik tirai angin malam,
terdengar bisikan sunyi,
sebuah negara yang berdiri megah,
namun dipenuhi kabut dusta,
seperti lukisan indah,
yang rusak oleh warna kelabu.
Soalnya, jalanan berdebu,
tempat langkah kaki terhenti,
bagaikan hati yang terjebak,
dalam jaring janji palsu,
setiap kata yang terucap,
hanyalah bayangan kosong.
Ritme kehidupan bergetar,
di antara tawa yang dipaksakan,
dan air mata yang tersembunyi,
di balik senyuman biasa,
seolah semua baik-baik saja,
padahal ada luka yang menganga.
Bangunan-bangunan menjulang,
seperti harapan yang terbang tinggi,
namun di dalamnya,
jiwa-jiwa terkurung,
mencari udara segar,
dari kebohongan yang menyelimuti.
Teriakan rakyat terbungkam,
dalam lorong-lorong kegelapan,
setiap suara yang hilang,
adalah nyanyian yang dipatahkan,
melodi kemarahan yang teredam,
dalam kepingan waktu yang menyakitkan.
Oh, negara yang berkelit,
dari cermin kebenaran,
apa yang kau sembunyikan?
Dalam pelukan ilusi,
apakah kau menemukan damai,
atau hanya ketenangan semu?
Bunga-bunga mekar di taman,
namun baunya tak pernah tercium,
karena tanahnya penuh racun,
dari janji yang teringkari,
setiap langkah menuju cahaya,
adalah perjalanan dalam kegelapan.
Dari ujung utara ke selatan,
suara rindu akan kejujuran,
namun angin membawa kabar,
bahwa harapan perlahan memudar,
seperti embun di pagi hari,
yang menguap di bawah sinar matahari.
Kita, pejuang dalam sunyi,
masih melangkah meski lelah,
menyusun puisi harapan,
di antara serpihan dusta,
agar suatu saat kelak,
kebenaran bisa bersinar lagi.
Mari kita lukis ulang negeri ini,
dengan warna-warni jujur,
agar setiap anak bumi,
dapat bernapas tanpa rasa takut,
di dalam pelukan kebebasan,
dimana dusta tak lagi berkuasa.
5 Des 2025
Jakarta