Puisi : Dengan apa kupanggil kau, Indonesia? karya Arief Siddiq Razaan


dengan apa kupanggil kau, Indonesia? selain dengan aroma maut yang mengudara atas nama pekik merdeka, ketika tubuh kami ditembus peluru penjajah yang serakah, ketika bau anyir darah menjadi penanda merah di atas putih, sebuah bendera yang berkibar begitu gagah dan indah!


di atas merah-putih, ribuan nyawa menggurat wajah sejarah: sumpah pemuda, proklamasi, pemberontakan G30S PKI, gerakan reformasi menjadi tubuh bangsa ini, sampai akhirnya Garuda Pancasila menjadi jantung abadi yang menghidupkan ibu pertiwi!


dengan apa kupanggil kau, Indonesia? ketika sumpah pemuda yang lahir dari ribuan jasad pahlawan kini seperti ditelan zaman, ketika generasi penerus bangsa sibuk dengan urusan percintaan, ketika pejabat negara sibuk dengan urusan pencitraan, ketika demokrasi dikangkangi para bajingan yang haus dengan kekuasaan


dengan apa kupanggil kau, Indonesia? ketika proklamasi hanya sebatas peringatan upacara bendera, sementara pemuda sibuk dijajah drama Korea, pejabat negara sibuk dijajah hawa nafsu korupsinya, ketika ekonomi carut marut digerogoti hutang luar negeri yang ribuan triliun jumlahnya


dengan apa kupanggil kau, Indonesia? ketika tragedi 30S PKI pelan-pelan dilupakan, mata pelajaran kewarganegaraan ditiadakan, keturunan antek-antek komunis bisa duduk di kursi senayan, sejarah kebiadaban pembantai pahlawan revolusi buram dibiarkan karena ulah para bajingan yang mabuk aseng dan asing hingga tergadailah jiwa kebangsaan pada keserakahan


dengan apa kupanggil kau, Indonesia? setelah reformasi bangsa ini dihantam krisis moneter dan inflasi, demokrasi dikencingi segelintir babi-babi berjubah manusiawi yang ingin anak-cucu merebut kursi demi memperkaya keluarga berserta kroni-kroni


barangkali, kami harus memanggil kau, Indonesia dengan air mata, dengan perih yang memenuhi dada, dengan nestapa tanpa tahu kapan terjeda, maafkan kami Indonesia jika kami masih sebatas memanggilmu dengan segala luka dan dukacita!


Jambi, 25 Oktober 2024

Postingan populer dari blog ini

PUISI : ᴛᴀɴʏᴀ ᴄɪɴᴛᴀ

Puisi : Bekas Luka Trauma Karya Reza Fahlevi

Puisi : Bukan Aku Yang Kau Butuhkan Karya Awan Hitam