Puisi : Hantu Rumah Tua Karya Selena

Di tengah hamparan sawah, berdiri megah,

Sebuah rumah tua, berbalut misteri.

Dindingnya retak, atapnya bolong,

Menyimpan kisah kelam, terkubur dalam waktu.

 

Rumput liar merambat di dindingnya,

Menutupi goresan masa lalu yang kelam.

Jendela kaca pecah, terbanting angin,

Menyerukan bisikan hantu, menusuk hati.

 

Di balik pintu kayu lapuk,

Tersembunyi rahasia yang tak terungkap.

Bau anyir darah dan debu bercampur,

Membaui udara, mencengkeram jantung.

 

Langkah kaki perlahan, bergema di lorong sunyi,

Menyentuh papan kayu, berderit mengerikan.

Bayangan hitam menari di balik tirai,

Menatapmu dengan mata kosong, tanpa emosi.

 

Di ruang tamu berdebu, kursi tua terbengkalai,

Dulu tempat berkumpul keluarga bahagia.

Kini hanya bayangan menghantuinya,

Mencekam hati dengan tawa jahatnya.

 

Di dapur berlumuran darah,

Terlihat pisau tajam, berlumuran sisa daging.

Deringan telepon bergema di malam sunyi,

Memanggilmu ke dalam neraka yang tak terlupakan.

 

Di ruang tidur bernoda,

Terdapat cermin tua, pecah dan retak.

Bayanganmu menari di dalamnya,

Menawarkan mimpi buruk, mengerikan dan tak berujung.

 

Di taman yang terbengkalai,

Pohon tua menjulang, seperti hantu yang mengawasi.

Bunga layu, terkulai lemas,

Menyerukan kesedihan dan kehancuran.

 

Di sumur tua, tersembunyi rahasia,

Sebuah tulang belulang, terbungkus lumut.

Terdengar bisikan samar,

Menceritakan kisah kelam, penuh teror.

 

Di malam hari, ketika bulan purnama bersinar,

Hantu berkeliaran, menebarkan teror.

Mereka berbisik, tertawa, menari,

Menghadirkan mimpi buruk, menghancurkan jiwa.

 

Suara jeritan menggema di malam,

Memanggilmu ke dalam neraka yang mengerikan.

Kau terjebak dalam lingkaran setan,

Dihantui oleh hantu, dalam kegelapan abadi.

 

Rumah tua itu, saksi bisu,

Kisah kelam, terkubur dalam sejarah.

Hantu berkeliaran, menebarkan teror,

Membawamu ke dalam mimpi buruk yang tak berujung.

Postingan populer dari blog ini

PUISI : ᴛᴀɴʏᴀ ᴄɪɴᴛᴀ

Puisi : Bekas Luka Trauma Karya Reza Fahlevi

Puisi : Bukan Aku Yang Kau Butuhkan Karya Awan Hitam