Puisi : Kepemilikan Dan Orisinalitas Sastra Karya Selena
Di balik layar, di antara kata-kata,
Si tuan duduk, mengenakan topeng,
Menyusun kalimat, merajut ilusi,
Mengaku sebagai pencipta, tanpa rasa bersalah.
Kertas berserakan, tinta mengering,
Di sudut hati, suara kecil berbisik,
"Sungguhkah ini milikmu, wahai tuan yang terhormat?"
Atau sekadar bayang-bayang, yang kau sembunyikan?
Dia menulis puisi, merayu pembaca,
Dengan frasa megah, penuh romansa,
Namun dalam setiap bait, ada jejak lain,
Sebuah nama yang tersembunyi, di balik bayangan.
Katanya karyanya,katanya dirimu yang menuliskan ini
Tetapi nyatanya?
(Tertawa Jahat)
Kau bilang padaku : “Ini semua karyaku, tak bercacat, tak bernoda.”
Heiiiiii...
Kau memetik buah, dari pohon yang tak ditanam Tuan
Mengaku pahlawan, di medan yang bukan milikmu
Seolah dunia ini, hanya panggung sandiwara yang bisa kau tipu!!
Satu per satu, puisi yang katanya kau tuliskan itu dibacakan olehmu
Karya orang lain, kini menjadi milikmu,
Senyuman yang palsu, di balik penulisan,
Menyambut pujian, seolah tak ada dosa.
bait demi bait, kau rajut kata,
Menjaga rahasia di balik tirai yang tipis,
Seakan-akan setiap huruf adalah milikmu
Namun, di dalam hati, engkau tahu tuan, ini sebuah kebohongan yang manis.
Di malam sunyi, saat semua terlelap,
Dia mendengar jeritan, dari dalam jiwa,
"Apakah kau tidak malu, wahai tuanku yang katanya penulis??"
Menjual mimpi, yang bukan milikmu.
Bukan sekedar kata-kata, inilah jiwa,
Setiap ekspresi, setiap rasa yang tertuang dalam puisi adalah sebuah nafas kehidupan,
Namun kau datang dengan kelicikanmu merebut semua itu!!
Kau meraih mimpi, tanpa rasa kehilangan.
Di balik tirai, dunia bersuara,
Menghujat penulis lain yang tak tahu diri,
"Dimana kejujuran, dalam setiap bait?"
Atau hilang ditelan ambisi yang tak berujung?
Engkau berjalan, di atas jalan berbatu,
Menyusuri jejak, yang bukan miliknya,
Ketika malam datang, dan bintang bersinar,
Satu pertanyaanku, menggantung di udara.
Apakah puisi ini, akan abadi?
Atau akan hancur, oleh angin waktu?
Setiap kata, setiap frasa,
Adalah cacat, dari jiwa yang tersiksa.
Oh Tuanku, ,
Apa kau tidak merasa?
Bahwa dalam mencuri , kau sama saja membunuh dirimu sendiri?
Sampai kapan kau bertahan dalam kebohongan ini tuan?
Sampai kapan?
Sampai kapan?
Sampai kapan ?
Heii tuan, bangkitlah dari ilusimu itu
Temukan suaramu, temukan jiwamu,
Jangan biarkan kata-kata orang lain,
Menjadi penjara bagi impianmu.
Hiduplah dalam kebenaran, meski pahit,
Tulislah dengan hati, meski terjatuh,
Karena setiap bait yang kau ciptakan,
Haruslah menjadi cermin dari dirimu yang sejati.
Kini, saatnya kau menatap cermin,
Lihatlah siapa dirimu yang sebenarnya,
Karena karya yang tulus, yang datang dari jiwa,
Adalah harta yang tak ternilai, selamanya.
~ Selena ~