Puisi : Remang Karya Aip Orlandio

*REMANG*


Kalau kamu ingin tahu bagaimana kabarku saat ini, maka lebih baik kamu jangan tahu. Aku yakin jawabanku bukan yang kamu inginkan. Kamu hanya ingin memastikan apakah nyawaku masih menyala atau sudah redup sajakan? Lantas kalau nanti ini padam, apa yang akan kamu lakukan?


Jangan lagi bertanya pada apa yang sudah kamu letakan dengan sedemikian rupa. Nyatanya, berpuluh-puluh musim yang kita habiskan tidak mampu membuat kita kekal. Pada akhirnya kamu memilih untuk tidak membiarkan letupan itu berpijar lebih lama. Kamu membiarkan aku menikmatinya sendiri sampai mencekik ragaku kesekian.


Saat itu aku mulai mempertanyakan benang di antara kita, akankah ini terbentang lebih panjang atau harus berakhir di sini saja. Dan kamu hanya memberiku beban untuk kujawab seorang sendiri. Kamu membiarkan kepalaku penuh dengan rinai hujan yang tidak sudah-sudah. Kamu membiarkan aku sendirian menempuh jalan keluar. Dan kamu hanya diam. 


Maka ini sudah mutlak, kita tidak perlu melanjutkannya. Ayo berakhir saja. Namun sialnya kamu mengiyakan meski bantinku masih ingin kamu sangkal. 


Sekarang, aku sudah terbiasa dengan rasa ini. Sesak dan pengap tiada kira. Jika kamu berpikir aku akan kembali meminta pijarmu lagi, maaf, aku sudah terlalu biasa dalam remang. Jangan cari aku lagi karena ingin seterang apa pun itu, aku akan terus berakhir sendirian. 


Jakarta, 01 April 2023.


— Aip Orlandio 

Postingan populer dari blog ini

PUISI : ᴛᴀɴʏᴀ ᴄɪɴᴛᴀ

Puisi : Bekas Luka Trauma Karya Reza Fahlevi

Puisi : Bukan Aku Yang Kau Butuhkan Karya Awan Hitam