Puisi : Antitesa Karya Aip Orlandio
ANTITESAKarya: Aip Orlandio
Adakala dimana paras mungilmu yang begitu meluluhkan jiwa,
lentik matamu yang mengaburkan dunia,
suara lembutmu yang mengawang, melintasi angkasaku yang kian merah muda,
merenggut percayaku.
#
April '18, sudut langit kian memburam dipenghujung bulan. Semilir angin menerpa masyarakat di Utara desa. Sorai riang siswa kelas 6 terdengar begitu hangat di lubuk telinga. Surat pemberitahuan wisata telah dibagikan, menandakan udara segar akan segera menelusuk pipi-pipi kami, bocah-bocah pra puber yang antusias betul ingin melihat dunia.
Segera pikiran kami semua mengawang jauh, membayangkan hal apa yang akan kita lakukan nanti. Entah itu sendirian, entah itu bersama-sama,
atau entah ketika aku melihatnya untuk yang terakhir, sebagai penaruh ingin dengan bunga yang telah layu.
#
aku melihatmu, sebagai sosok yang memantik api lara diatas sukma
membumihanguskan siar rasa ku, begitu liar tawa kelam merudung segala frasa cinta yang berdengung
jiwaku terasing, terlarut dalam tatapmu yang lihai mengirim suar untukku agar tak lagi berbising
rebah, telah jatuh segenap intuisi seorang pria kecil yang tengah beradu dengan testosteron di usianya, menjadikannya cinta dan remuk diwaktu yang sama
kau mainkan nada-nada sumbang di nalarnya, derik-derik masam di pikirnya, membuat siapapun di antariksa terenyuh bila menyebut namanya
dan kini, kau menjelma aksa. hilang, jauh, terikat tuk menjadi antitesa,
dimana aku adalah tesis yang tak lagi mampu beralibi membantahmu agar kita menjadi satu.
//
Jakarta, November 2022.