Puisi : Heimatlos : Aku asing bahkan dikepalaku sendiri karya Aip Orlandio

 *Heimatlos: Aku Asing, Bahkan di Kepalaku Sendiri*

Karya: Aip Orlandio


I


Aku terbangun di tengah malam yang lupa namaku.


Jam di dinding berderak, tapi tak menunjukkan arah.  


Kursi di pojok kamar tampak letih, seperti tahu bahwa aku telah duduk terlalu lama di atas keraguan.  


Buku-buku berserakan, halaman-halaman terbuka, tapi tak ada kata yang sanggup menjawab:  


“harus ke mana aku sekarang?” 



_Seseorang sedang berbicara dengan dirinya sendiri, tapi tak ada yang mendengar._



Kota ini terlalu gaduh untuk kesepianku.  


Jalan-jalan membentang, tapi tak ada yang menuju rumah.  


Aku berjalan, membawa tubuh yang semakin berat, membawa kepala yang penuh rencana-rencana, membawa hati yang tak tahu harus berharap pada siapa.  


_Di depan lampu merah, aku berhenti. Menghitung nyawa yang melintas seperti angka_



II


Aku menulis surat kepada diriku sendiri.  


Isinya:  


"Jangan menangis"


Tapi aku tahu aku berbohong.



Aku menelepon seseorang yang tak akan mengangkat.  


Nada tunggu berulang-ulang,  

seperti pertanyaan yang tak akan terjawab.  


Aku mengetuk pintu yang tak pernah kubuka.  


Aku meraih tangan yang tak pernah ada.  


Aku mengeja nama yang semakin asing di lidahku sendiri.  



_Seseorang sedang berbicara dengan dirinya sendiri, tapi tak ada yang mendengar_



III


Di negeri ini, aku adalah bayangan yang lupa tuannya.  


Aku berdiri di antara orang-orang yang tak mengenal namaku, mengisi formulir, menandatangani lembar-lembar yang bertanya lebih banyak tentang tempat lahir daripada tentang apa yang kupikirkan sebelum tidur.  


Aku bertanya pada sebongkah kaca:  


Kapan terakhir kali aku merasa utuh?


Tapi ia hanya diam,  


memantulkan tubuh yang semakin mengecil.  



_Aku mengetuk dadaku sendiri. Tak ada yang menjawab dari dalam_



IV


Maka aku berjalan lagi.  


Di bawah lampu-lampu jalan yang tak tahu rasanya pulang.  


Di antara gedung-gedung yang berdiri lebih kokoh dari niatku.  


Di dalam kepala yang semakin penuh,  


semakin bising,


semakin kehilangan ruang untuk sekadar duduk dan bernapas.  


_Seseorang sedang berbicara dengan dirinya sendiri, tapi tak ada yang mendengar_



V


Dan esok hari, aku akan mengulangnya lagi.


Memakai baju yang sama.  


Mengisi formulir yang sama.  


Menelepon orang yang sama.  


Membuka pintu yang sama.  


Menatap cermin yang sama.  



Tapi kali ini,  


mungkin aku akan membiarkan diri menangis.

Postingan populer dari blog ini

PUISI : ᴛᴀɴʏᴀ ᴄɪɴᴛᴀ

Puisi : Bekas Luka Trauma Karya Reza Fahlevi

Puisi : Bukan Aku Yang Kau Butuhkan Karya Awan Hitam