Postingan

Suara Dari Demokrasi Karya : Indie Sunandri

 Suara dari demokrasi Karya : Indie sunandri Dari kota aleppo hingga jakarta Gerakan separatisme mencuat Dinasti byzantium Utsmaniyah Menjadi reruntuhan tak tersisa Kaum borjuis dengan revolusinya Memulai perang terbesar sejarah  Sang raja tergusur dari tahtanya Dipenggal pada bagian kepala Periode awal demokrasi baru  Sistem raja mulai ditinggalkan Rengasdengklok menjadi acuan Tan malaka seperti dalam bayang Di ikat lalu ditembak tanpa makam Negara memulai era baru demokrasi Di tunggangi para manusia berdasi Jeruji besi bisa menjadi alat tukar Untuk pihak sendiri atau oposisi Papan catur mulai di ambil kendali Negara menganut sistem demokrasi Mana sini, semua bisa, asal di bayar Rakyat di kebiri suara di gembosi Pendidikan berjalan tanpa tujuan Semakin bodoh, semakin senang  Kalau susah, ya tinggal berhutang Wajah ibu pertiwi yang berbudaya Mereka berbusana tapi lupa negara Menjadi tunduk kekuatan partainya Semua berdalih, ini demi demokrasi Entah untuk siapa dan ba...

Sesobek Buku Harian Indonesia Karya Emha Ainun Najib

 Sesobek Buku Harian Indonesia Karya : Emha Ainun Najib Melihat pentas-pentas drama di negeriku berjudul Pesta Darah di Jember Menyerbu Negeri Hantu Putih di Solo Klaten, Semarang, Surabaya dan Medan Teror atas Gardu Pengaman Rakyat di Bandung Woyla. Ah, ingat ke hari kemarin pentas sandiwara rakyat yang berjudul Komando Jihad Ingat Malari. Ingat beratus pentas drama yang naskahnya tak ketahuan dan mata kita yang telanjang dengan gampang dikelabui dan dijerumuskan Ah, drama-drama total yang tanpa panggung melainkan berlangsung di atas hamparan kepala-kepala penonton Darah mengucur, kembang kematian. Bau busuk air liur para sutradara licik yang bersembunyi di hati mulia para rakyat. Drama peradaban yang bermain nyawa mencumbu kemanusiaan berkelakar secara rendahan kepada Tuhan Kita orang-orang yang amat lugu dan tak tahu Pikiran disetir Hidung dicocok dan disemprot parfum Pantat disodok dan kita meringkik-ringkik tanpa ada maknanya Kita yang terlalu polos dan pemaaf beriuh rendah di...

Sajak Putih Karya : Chairil Anwar

 Sajak Putih Oleh : Chairil Anwar Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah .. buat tunanganku Mirat bersandar pada tari warna pelangi kau depanku bertudung sutra senja di hitam matamu kembang mawar dan melati harum rambutmu mengalun bergelut senda sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba meriak muka air kolam jiwa dan dalam dadaku memerdu lagu menarik menari seluruh aku hidup dari hidupku, pintu terbuka selama matamu bagiku menengadah selama kau darah mengalir dari luka antara kita Mati datang tidak membelah... Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri, dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini! Kucup...

Nyanyian Kebebasan Atawa Boleh Apa Saja Karya : KH. Mustofa Bisri

 NYANYIAN KEBEBASAN ATAWA BOLEH APA SAJA Karya : KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) Merdeka! Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan Merdeka Kau ‘kan tahu nikmatnya Nyanyian kebebasan Ohoi, Lelaki boleh genit bermanja-manja Wanita boleh sengit bermain bola Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana Orang tua boleh berpacaran dimana saja Ohoi, Politikus boleh berlagak kiai Kiai boleh main film semau hati Ilmuwan boleh menggugat ayat Gelandangan boleh mewakili rakyat Ohoi, Dokter medis boleh membakar kemenyan Dukun klenik boleh mengatur kesejahteraan Saudara sendiri boleh dimaki Tuyul peri boleh dibaiki Ohoi, Pengusaha boleh melacur Pelacur boleh berusaha Pembangunan boleh berjudi Penjudi boleh membangun Ohoi, Yang kaya boleh mengabaikan saudaranya Yang miskin boleh menggadaikan segalanya Yang di atas boleh dijilat hingga mabuk Yang di bawah boleh diinjak hingga remuk Ohoi, Seniman boleh bersufi-sufi Sufi boleh berseni-seni Penyair boleh berdzikir samawi Muballigh boleh berpuisi duniawi Ohoi, Si anu ...

Kamuflase Rasa Karya : Indie Sunandri

 Kamuflase Rasa Karya : Indie Sunandri Impian adalah duka cita melukiskan Menyisakan ruang pena untuk puan  Menyusun kata dalam hal lamunan Hadiah terindah untuk melukiskan  Banyak pertengkaran berakhir duka Dalam sudut pandang jauh di mata Literasi berjalan membalas belaka  Banyak pelaku memainkan drama  Nyanyian kalbu bahasa cakrawala Tapi sastra lebih dari sekedar kata  Purwarupa terbesar ini mahakarya  Aksara merupakan bagian manusia Kembali ke titik awal yaitu bercerita  Mata pena hadir sebagai solusinya  Berbisik nestapa tertidur cempaka  Bersemayam dalam doa air mata  Anindita menata dawai hati asmara  Tusukan terindah pemburuan dosa  Seikat ladang mawar kalbu bahasa Dalam setiap ucap meracuni jiwa  Ambigu antara candu atau membisu  Meski sayatan ini memenuhi waktu  Kebohongan membinasakan kalbu Kala roda bertemu bukan merindu  Lantai langit jingga indah imajinasi  Bagaskara menyapa para pem...

Bidadari Tanpa Kepala Karya : Indie Sunandri

 Bidadari tanpa kepala Karya : Indie sunandri Pada pemberhentian pertama, tak ada lagi cinta atau sebuah kalimat ucapan fatamorgana, teruntuk puisi ketenangan hati ini berbicara  Mulai terusik akan arti cinta, ia mengerti akan kehadirannya, bidadari itu tengah tersenyum lewat kerutan di wajahnya luka yang berbekas adalah bencana Bidadari itu tidak lagi memiliki sayap Kesedihan seperti duka kecemasan Cahayanya memudar terkikis waktu Sinarnya hilang pudar oleh kegelapan  Ia mengalami dilema yang begitu besar antara sandiwara atau lekuk senyuman, menggambarkan tentang arti keikhlasan harumnya menusuk tepat ke dalam dada Bidadari menangis berlinang air mata  Kecantikan purwarupa bidadari surga Meski sudah tak mempunyai kepala Ia telah merenggut sebagian dirinya  Perkenalan adalah racun yang bisa sangat membunuh, dan perpisahan seperti obat yang awalnya pahit, tapi berakhir manis, karena yang lepas, akan tetap sama.

𝙿𝚞𝚒𝚜𝚒 : My love changed so fast

 I don't know why at the moment he changed so quickly.  When what was originally quiet was calm just like harmony in general now everything changed from its desire.  I don't know what he really wants, I don't know, but because of his changed nature like this I feel too much guilt.  O my love...  To be honest, this is actually getting tired of me running it, and I'm not able to live in a relationship where you always find my fault lies with you.  But...  I also don't really want our relationship to fall apart because of the little problems we're dealing with.  I love that you are my lover...  I love you, my love...  I can't live if you're not by my side.  For my beloved beloved a thousand loves and love will I suck from the root of love  Thank you for your presence until now, my love. ʙᴏɢᴏʀ, 𝟷𝟽-ᴀᴘʀɪʟ-𝟸𝟶𝟸𝟻 ᴀʙᴀᴅ.ɪ

*PERCAKAPAN KANJENG SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR (Sebuah Kisah Fiktif)*

 *PERCAKAPAN KANJENG SUNAN KALIJAGA DAN SYEKH SITI JENAR (Sebuah Kisah Fiktif)* ________________________________________________________ SUNAN KALIJAGA : Dimas, keadaan makin keruh apakah tidak sebaiknya ini dihentikan? SITI JENAR : Keruh itu berasal dari diri manusia bukan dari luar manusia SUNAN KALIJAGA : Apakah yang membuat diri manusia keruh? SITI JENAR : Sebab manusia memberi ruang sebesar-besar untuk dirinya, namun tidak untuk pikirannya. Memberi kesempatan seluas-luasnya bagi kepentingannya namun mempersempit ruang untuk akalnya. SUNAN KALIJAGA : Apakah akal dan pikiran tak menarik hati sehingga tak diberikan ruang itu? SITI JENAR : Selalu menarik bagi hati namun tak menarik bagi nafsu. Maka hatinya sepi dan berpenyakit karena tak pernah mengambil pelajaran. Tadzakaruun. SUNAN KALIJAGA : Bukankah pelajaran terhampar pula di luar dirinya, untuk membantu dirinya membaca dan mengambil pelajaran secara lebih mudah karena tak kuasa mengambil pelajaran dari dirinya sendiri...

Puisi : Rumah Yang Hanya Dikepala Karya Aip Orlandio

 *RUMAH YANG HANYA ADA DIKEPALA* Karya: Aip Orlandio Apa yang lebih ramai dari isi kepala lelaki?  Ia berjalan di trotoar yang bising, di sela gedung-gedung yang tak pernah mengingat namanya. Di kantongnya ada sisa gaji, di bahunya ada beban yang tak bisa ia hitung, di dadanya ada pertempuran yang tak bisa ia ceritakan. Dan lelaki, adalah musim hujan yang selalu datang sendirian, membasahi tanah yang tak pernah memintanya, menyuburkan luka yang ia ingin lupakan. Ia lelaki—mencari tempat istirahat di dunia yang tak memberinya sandaran, memanggul nama keluarga di punggungnya, menjejalkan mimpi-mimpi ke dalam lemari sempit, memilih diam agar tak ada yang tahu betapa ribut isi kepalanya. Ia tahu, dunia tak memberi jeda, dan lelaki tak diajarkan cara meminta waktu untuk bernapas. Maka ia berjalan, dengan kaki yang ia paksa kuat, dengan hati yang sudah lama kelelahan. Namun di suatu malam di bawah lampu jalan yang enggan redam, ia melihat bayangannya sendiri. Dan ia bertanya, “sampa...

Puisi : Biografi Tubuh Ibu karya : aip orlandio

 *BIOGRAFI TUBUH IBU* Karya: Aip Orlandio _Kata pertama yang ditulis ibu adalah namaku, di perutnya, sebelum ia bisa mengeja sakit._ Ibu, tubuhnya sebuah negeri— Di dahinya: jalan-jalan retak yang ia tempuh setiap subuh Di tangannya: sungai-sungai kecil yang mengering di musim susah Di kakinya: luka-luka yang ditinggalkan jarak Di punggungnya: gunung yang menanggung hari-hari Ibu, tubuhnya sebuah rumah,   atapnya rapuh,   tiangnya bengkok,   tapi dindingnya selalu terbuka.   _Kata pertama yang kulis adalah tangis, di tubuhnya, sebelum aku bisa mengeja dunia._ Ibu, tubuhnya sebuah pagi— Ia merebus matahari di dapur yang sempit,    menuangnya ke dalam cangkir,   memaksaku meneguknya sebelum aku sempat bertanya:   “Kenapa pagi selalu pahit?” Di perutnya: bunyi panci berdenting dengan nasib Di dadanya: kabut yang menolak pergi Di matanya: kalender yang tak bisa ia baca _ia lupa tanggal lahirnya sendiri, tapi ingat ka...

Puisi : Berdesakan Di Kepala Karya Aip Orlandio

 *BERDESAKAN DI KEPALA* Karya: Aip Orlandio Setiap malam. Setiap. Malam. Segala rupa urusan datang tanpa aba-aba, berjubel di kepala seperti penumpang Commuter Line di jam sibuk—berdesakan, tanpa ruang bernapas.    Gaji bulan ini? Menyusut lebih cepat dari niat menabung.   Makan besok? Bukan soal kenyang, tapi soal bertahan.   Lalu datanglah yang lebih berat: perkara keluarga yang lebih rumit dari benang kusut, pertanyaan soal jodoh yang lebih sering mampir daripada kepastian, bayangan rumah masa depan yang masih sebatas sketsa kabur, pekerjaan yang ingin kupilih tapi justru memilihku untuk ditolak.   Semuanya. Semuanya. Menumpuk di kepala seperti utang yang kupikir sementara, tapi ternyata betah menetap.   Rasanya ingin kupecahkan saja—biar berhamburan di lantai, biar bisa kulihat satu-satu:   "Oh, ini luka lama yang kukira sudah sembuh, ini cita-cita yang terbengkalai, ini beban yang katanya cuma lewat tapi malah mengina...

Puisi : Heimatlos : Aku asing bahkan dikepalaku sendiri karya Aip Orlandio

 *Heimatlos: Aku Asing, Bahkan di Kepalaku Sendiri* Karya: Aip Orlandio I Aku terbangun di tengah malam yang lupa namaku. Jam di dinding berderak, tapi tak menunjukkan arah.   Kursi di pojok kamar tampak letih, seperti tahu bahwa aku telah duduk terlalu lama di atas keraguan.   Buku-buku berserakan, halaman-halaman terbuka, tapi tak ada kata yang sanggup menjawab:   “harus ke mana aku sekarang?”  _Seseorang sedang berbicara dengan dirinya sendiri, tapi tak ada yang mendengar._ Kota ini terlalu gaduh untuk kesepianku.   Jalan-jalan membentang, tapi tak ada yang menuju rumah.   Aku berjalan, membawa tubuh yang semakin berat, membawa kepala yang penuh rencana-rencana, membawa hati yang tak tahu harus berharap pada siapa.   _Di depan lampu merah, aku berhenti. Menghitung nyawa yang melintas seperti angka_ II Aku menulis surat kepada diriku sendiri.   Isinya:   "Jangan menangis" Tapi aku tahu aku berboh...

Puisi : Bunga Sakura Karya Lirik Aksara

 Bunga sakura Kelopak bunga sakura jatuh berguguran Memeluk setiap perasaan yang berdebar Mimpi bersamamu di musim semi yang kuharapkan itu Bahkan kini masih terlihat, bunga sakura pun bertebaran Dari kereta aku dapat melihatnya Bayangan di hari itu Jembatan besar yang kita lewati di musim semi Waktu kelulusan pun datang Dan kau meninggalkan kota ini Di tepian sungai yang penuh warna, aku mencari hari itu Kita memilih jalan masing-masing Membawa musim semi menuju akhir Masa depan yang mekar sempurna Membuatku merasa tergesa-gesa Di jendela kereta pada jalur Odakyuu Tahun ini bunga sakura pun terbayang Suaramu tersimpan di dalam hatiku Dan aku dapat mendengarnya Kelopak bunga sakura jatuh berguguran Memeluk setiap perasaan yang berdebar Mimpi bersamamu di musim semi yang kuharapkan itu Bahkan kini masih terlihat, bunga sakura pun bertebaran Kalimat yang kuucapkan di awal surat Adalah "aku baik-baik saja" Kau tahu bahwa aku berbohong, iya kan? Bahkan kota yang berlalu ini Berbi...

Puisi ; 7 orange Karya Lirik Aksara

 7 Orange Orange - 7!! Kita berjalan dengan bahu yang sejalan Tertawa karena hal-hal sepele Seperti kita maju mengejar mimpi yang sama Jika aku mendengarnya dengan seksama, Aku masih bisa mendengarnya.. Suaramu.. mewarnai kota ini menjadi Orange Ketika kau tidak ada di sisiku, aku merasa sangat bosan. Namun, saat kukatakan aku kesepian, kau hanya tersenyum kepadaku Aku hanya terus menyebut hal-hal yang kutinggalkan Itu selalu bersinar terang, tak pernah pudar Seperti langit setelah hujan turun, seperti membersihkan hati seseorang Aku ingat senyummu, selalu terbayang di pikiranku Aku tidak bisa menahan senyuman, Pastinya, seperti kami di hari itu, Seperti anak kecil yang tidak bersalah Kami berlari melalui musim yang terus berganti, melihat masing masing hari esok Setiap kali aku sendirian dan mulai merasa tidak nyaman Disaat malam aku tidak bisa tidur Aku hanya ingin kita terus berbicara Aku ingin tahu apa yang akan kau lihat di sana Apakah sama dengan apa yang kulihat di sini Aku ...

Puisi : Menjadi Hujan

 MENJADI HUJAN Orang-orang dewasa itu aneh. Mereka bilang menyukai hujan, tapi selalu berlindung di balik payung, berlindung di bawah atap. Bahkan beberapa dari mereka memaki karena hujan membuat baju mereka basah. Mereka tidak benar-benar menyukai, hanya mulutnya saja, tindakannya tidak. Mereka hanya mencari sensasi atau sedang menjual romantisme. Nyatanya, mereka menyesali hujan yang tak kunjung reda, mendinginkan udara sekitar, dan membuat jemurannya tak kunjung kering. Sayang cintanya hanya sebatas kata, sayang katanya hanya sebatas kalimat status di media sosialnya. Hanya menjadi foto untuk mendukung kesenduannya. Aku rasa, kita tidak akan mengerti hujan kecuali menjadi hujan itu sendiri. Bagaimana bila sesekali kita mendengar kata orang bahwa mereka menyukai kita padahal dibelakang itu semua mereka tidak demikian. Manusia banyak yang seperti itu. Manusia telah terlatih untuk berpura-pura di hadapan orang lain. Memanipulasi sikapnya dan menyaring kata-katanya menjadi manis. Me...

PUISI : ᴛᴀɴʏᴀ ᴄɪɴᴛᴀ

 "ᴛᴀɴʏᴀ ᴄɪɴᴛᴀ" ᴅɪ sᴇʙᴜᴀʜ ᴛᴀᴍᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴛᴇɴᴀɴɢ, ᴅᴜᴀ ʜᴀᴛɪ ʙᴇʀᴛᴇᴍᴜ. sᴇᴏʀᴀɴɢ ᴡᴀɴɪᴛᴀ ᴅᴀɴ sᴇᴏʀᴀɴɢ ᴘʀɪᴀ ᴅᴜᴅᴜᴋ ᴅɪ ʙᴀɴɢᴋᴜ, sᴀʟɪɴɢ ʙᴇʀᴛᴀᴛᴀᴘᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴍᴀᴛᴀ ᴘᴇɴᴜʜ ᴛᴀɴᴅᴀ ᴛᴀɴʏᴀ.   ᴡᴀɴɪᴛᴀ:   ᴋᴀᴜ ᴅᴀᴛᴀɴɢ ʙᴇɢɪᴛᴜ sᴀᴊᴀ,   ᴛᴀɴᴘᴀ ᴊᴀɴᴊɪ, ᴛᴀɴᴘᴀ sᴜᴀʀᴀ,   ᴍᴇᴍʙᴀᴡᴀ ʜᴜᴊᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴʏᴇᴊᴜᴋᴋᴀɴ,   ɴᴀᴍᴜɴ, ᴍᴇɴɢᴀᴘᴀ ᴀᴅᴀ ʀᴀsᴀ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴɢɢᴀɴᴊᴀʟ ᴅɪ ʜᴀᴛɪ?   ᴘʀɪᴀ:  ᴀᴋᴜ ᴅᴀᴛᴀɴɢ, ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴀᴋᴜ ᴛᴀᴋ ʙɪsᴀ ᴘᴇʀɢɪ,   sᴇᴛɪᴀᴘ ʟᴀɴɢᴋᴀʜ ʏᴀɴɢ ᴋᴜᴛᴇᴍᴘᴜʜ,   sᴇʟᴀʟᴜ ᴋᴇᴍʙᴀʟɪ ᴘᴀᴅᴀᴍᴜ.   ᴍᴜɴɢᴋɪɴ ᴀᴋᴜ ʙᴜᴋᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʀʙᴀɪᴋ,   ᴛᴀᴘɪ ʜᴀᴛɪᴋᴜ sᴜᴅᴀʜ ʟᴀᴍᴀ ᴍᴇᴍɪʟɪʜ.   ᴡᴀɴɪᴛᴀ:   ᴛᴀᴘɪ, ᴍᴇɴɢᴀᴘᴀ ᴛᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ᴋᴜᴋᴀᴛᴀᴋᴀɴ?   ᴀᴅᴀ ᴊᴀʀᴀᴋ ʏᴀɴɢ ᴛᴀᴋ ᴘᴇʀɴᴀʜ ᴋɪᴛᴀ sᴇʟᴀᴍɪ,   ᴀᴅᴀ ᴋᴀᴛᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʀsᴇᴋᴀᴛ ᴅɪ ʙɪʙɪʀ,   ᴍᴇɴɢᴀᴘᴀ ᴋɪᴛᴀ ʜᴀɴʏᴀ ᴅɪᴀᴍ ᴅᴀʟᴀᴍ ᴋᴇʀᴀᴍᴀɪᴀɴ ɪɴɪ?   ᴘʀɪᴀ:  ᴍᴜɴɢᴋɪɴ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴋɪᴛᴀ ᴛᴀᴋᴜᴛ ᴋᴇʜɪʟᴀɴɢᴀɴ,   ᴛᴀᴋᴜᴛ ᴊɪᴋᴀ ᴋɪᴛᴀ ᴍᴇɴɢᴜɴɢᴋᴀᴘᴋᴀɴ,   ʀᴀsᴀ ɪɴɪ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ʙᴇʙᴀɴ,   ᴅᴀɴ ᴋɪᴛᴀ ᴛᴀᴋ ʙɪsᴀ ʟᴀɢɪ ᴋᴇᴍʙᴀʟɪ sᴇᴘᴇ...

PUISI : ᴀʏᴀʜ, ɪᴢɪɴᴋᴀɴ ɢᴀᴅɪs ᴋᴇᴄɪʟᴍᴜ ᴘᴀsʀᴀʜ

 ᴀʏᴀʜ, ɪᴢɪɴᴋᴀɴ ɢᴀᴅɪs ᴋᴇᴄɪʟᴍᴜ ᴘᴀsʀᴀʜ.  ᴀʏᴀʜ, ᴅɪ ᴀɴᴛᴀʀᴀ ʀɪʙᴜᴀɴ ᴍᴀʟᴀᴍ ʏᴀɴɢ sᴜɴʏɪ   ᴀᴋᴜ ᴍᴀsɪʜ ᴍᴇɴᴄᴀʀɪ ᴊᴇᴊᴀᴋ ʟᴀɴɢᴋᴀʜᴍᴜ ᴅᴀʟᴀᴍ ᴍɪᴍᴘɪ   ᴍᴇɴɢɪɴɢᴀᴛ ɢᴇɴɢɢᴀᴍᴀɴ ᴛᴀɴɢᴀɴᴍᴜ ʏᴀɴɢ ᴅᴜʟᴜ ᴇʀᴀᴛ   ᴍᴇʀᴀsᴀᴋᴀɴ ᴅᴇᴋᴀᴘᴍᴜ ʏᴀɴɢ sᴇʟᴀʟᴜ ʜᴀɴɢᴀᴛ   ɴᴀᴍᴜɴ, ᴀʏᴀʜ, ᴡᴀᴋᴛᴜ ᴛᴇʀᴜs ʙᴇʀʟᴀʀɪ   ᴀᴋᴜ ᴛᴜᴍʙᴜʜ, ᴅᴜɴɪᴀ ᴘᴜɴ ʙᴇʀɢᴀɴᴛɪ   ᴀᴅᴀ ʟᴜᴋᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴀᴋ ʙɪsᴀ ᴋᴜʜɪɴᴅᴀʀɪ   ᴀᴅᴀ ʀɪɴᴅᴜ ʏᴀɴɢ ᴛᴀᴋ ʙɪsᴀ ᴋᴜᴏʙᴀᴛɪ   ᴛᴇʀᴋᴀᴅᴀɴɢ ᴀᴋᴜ ɪɴɢɪɴ ʙᴇʀʜᴇɴᴛɪ sᴇᴊᴇɴᴀᴋ   ᴍᴇʟᴇᴘᴀs ʟᴇʟᴀʜ ᴅɪ ᴘᴀɴɢᴋᴜᴀɴᴍᴜ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴᴇɴᴀɴɢᴋᴀɴ   ᴛᴀᴘɪ ᴀᴋᴜ ᴛᴀʜᴜ, ʜɪᴅᴜᴘ ᴛᴀᴋ sᴇʟᴀʟᴜ ᴛᴇɴᴛᴀɴɢ ᴋᴇᴍʙᴀʟɪ   ᴋᴀᴅᴀɴɢ, ᴋɪᴛᴀ ʜᴀʀᴜs ᴍᴇʟᴀɴɢᴋᴀʜ ᴍᴇsᴋɪ sᴇɴᴅɪʀɪ   ᴀʏᴀʜ, ɪᴢɪɴᴋᴀɴ ɢᴀᴅɪs ᴋᴇᴄɪʟᴍᴜ ᴘᴀsʀᴀʜ   ʙᴜᴋᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴʏᴇʀᴀʜ, ʙᴜᴋᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴋᴀʟᴀʜ   ᴛᴀᴘɪ ᴀɢᴀʀ ᴀᴋᴜ ʙɪsᴀ ᴍᴇɴᴇʀɪᴍᴀ ᴋᴇɴʏᴀᴛᴀᴀɴ   ʙᴀʜᴡᴀ ᴛᴀᴋ sᴇᴍᴜᴀ ʜᴀʟ ʙɪsᴀ ᴋᴜɢᴇɴɢɢᴀᴍ ᴅᴀʟᴀᴍ ᴛᴀɴɢᴀɴ   ᴊɪᴋᴀ sᴜᴀᴛᴜ ʜᴀʀɪ ᴀᴋᴜ ᴋᴇʜɪʟᴀɴɢᴀɴ ᴀʀᴀʜ   ᴊɪᴋᴀ ʟᴀɴɢᴋᴀʜᴋᴜ ɢᴏʏᴀʜ ᴅɪ ᴛᴇɴɢᴀʜ ɢᴇʟᴏᴍʙᴀɴɢ ᴘᴀsʀᴀʜ   ᴀᴋᴜ ʜᴀɴʏᴀ ɪɴɢɪɴ ᴋᴀᴜ ᴛᴀʜ...

puisi: ^^Bu, Aku gagal

  ^^Bu, Aku ɢᴀɢᴀʟ^^ -------------------------------------------------------------------- --- Bu, aku pulang dengan kepala tertunduk,   Langkahku berat, seperti diikat kenangan yang patah.   Di tanganku tak ada piala,   Di dadaku tak ada kebanggaan,   Hanya seonggok luka yang tak berani kuceritakan.   Bu, aku gagal.   Kudengar orang-orang berbisik,   *"Anak itu bukan siapa-siapa."*   Mereka tertawa di belakang punggungku,   Dan aku diam, membiarkan suaraku tenggelam dalam malu.   Dulu aku datang kepadamu dengan cerita kemenangan,   dengan bintang-bintang kecil di genggaman,   dan kau tersenyum bangga sambil berkata,   *"Anakku hebat, anakku kuat."*   Tapi kini aku pulang dengan tangan kosong,   dengan mata yang berat oleh air mata yang kutahan.   Bu, aku mengecewakanmu, bukan?   Aku yang kau doakan setiap malam,...

Cerpen : kehidupan ku yang rusak.

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Berhari-hari aku dan Dara hanya mengandalkan belas kasih dari orang-orang sekitar. Tidur beralaskan sajadah, makan dari sisa-sisa sedekah. Aku mencoba terlihat kuat di depan Dara, tapi kenyataannya, aku takut. Takut bagaimana jika dia sakit, bagaimana jika aku gagal melindunginya?   Dara yang masih kecil tak mengerti betapa keras dunia ini. Dia hanya menurut saat aku menggenggam tangannya, membawanya ke mana pun aku pergi. Aku harus mencari uang, secepatnya.   Awalnya aku hanya membantu orang-orang di sekitar masjid. Membersihkan halaman, mengangkat barang, apa pun yang bisa memberiku receh. Tapi itu tak cukup.   Sampai akhirnya, seseorang menawarkanku "pekerjaan". Katanya, mudah dan cepat dapat uang. Aku ragu, tapi saat itu aku tak punya pilihan. Dara butuh makan. Aku butuh uang untuk berobatnya.   Dan begitulah, dari seorang bocah polos yang tak tahu apa-apa, aku berubah. Aku mulai menyusuri jalan yang bahkan tak p...

PUISI : Negeri Para Juara

 Negeri Para Juara ~~~~ Selamat datang di negeri para juara,   Tempat di mana pemimpin berlagak dewa,   Janji melimpah, realita punah,   Rakyat disuruh sabar, meski perut sudah parah.   Mereka bilang kita kaya raya,   Tanah subur, tambang di mana-mana,   Tapi kenapa yang makmur segelintir saja?   Sedang yang lain mengais di sisa pesta?   Keadilan di sini bukan soal benar salah,   Tapi soal siapa yang punya kuasa dan modal.   Si kaya tersenyum, si miskin mengeluh,   Si pejabat tertawa, si buruh mengaduh.   Sekolah digembar-gemborkan sebagai solusi,   Tapi masuknya butuh uang sakti.   "Anak bangsa harus pintar dan kritis!"   Tapi kalau protes, malah ditindih.   Kesehatan dijamin katanya,   Asal kau punya uang berjuta-juta.   BPJS lambat, antrean tak karuan,   Tapi kalau pejabat, langsung diselamat...